Container Icon

Ringkasan Prosa Karya Satrawan Angkatan ‘45

Judul : “ Jalan Tak Ada Ujung ”
Pengarang : Mothar Lubis.
Penerbit : Jakarta, Pustaka Jaya

Ceritanya terjadi pada masa revolusi kemerdekaan di Jakarta.

Buku ini temanya ialah rasa takut, dalam hal ini rasa takut ialah rasa takut yang terdapat dalam kehidupan Guru Isa, seorang Guru yang sepanjang tahun 1946 - 47 dengan tidak sepenuh hati dan terpaksa turut serta dalam perjuangan rahasia menentang musuh-musuh asing seolah-olah rasa takut dalam kehidupanya yang bersahaja itu masih belum cukup. Satu-satunya tempat bagi dirinya, yaitu didekat istrerinya, juga tidak dapat dinikmatinya lagi karena rasa takut yang melumpuhkan itu telah menjadikan dia mati kutu. Kehidupan yang bagi Hazil yang optimiz dan girang itu merupakan suatu kegiatan yang meriah – meskipun penuh risiko – bagi Guru Isa merupakan jalan yang penuh penyiksaan, yang membawanya dari rasa takut kepada yang lain : ‘jalan tak ada ujung’ yang menggembirakan Hazil, bagi Guru Isa adalah khayal yang mengganggu orang tidur yang menakutkan dan mengerikan.
Setelah dia turut dalam penyerangan, Guru Isa ditangkap oleh pihak Belanda. Tentulah dia diperiksa dan disiksa, dan lebih banyaklah siksaan dan rasa takutnya – sehingga setelah mengalami rasa takut yang paling hebat, dia merasa bahwa rasa takut itu lenyap meninggalkan dirinya. Dia telah belajar hidup bersama rasa takut; seolah – olah sepak terjang musuhnya itu merupakan pembebasan bagi dirinya sendiri – dia merasa seolah – olah darahnya mengalir kembali kesarafnya – dia merasa bahagia – kelelakianya datang kembali, dan dia menjadi seorang lelaki yang bebas. ‘Dan ketika Guru Isa mendengar derap sepatu datang ke pintu kamar mereka, dia merasa damai dengan rasa takutnya yang timbul. Dia tahu teror mereka tidak akan bisa menyentuhnya lagi. Dia telah bebas’. Demikianlah berakhirnya sebuah buku yang terasa sangat memikat dan merusuhkan, yaitu salah satu roman terbaik yang dapat ditemukan dalam sastra baru indonesia pada keseluruhnya.

Bahasa yang dipergunakan Mochtar Lubis dalam buku ini adalah bahasa wartawan, tetapi juga bahasa sastrawan, lancar dan memikat.


sumber : ADITYA Bandung

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

B_E_T_Z